Mengapa Kurikulum Merdeka Jadi Sorotan? Berikut Dampaknya untuk Siswa dan Guru

Mengapa Kurikulum Merdeka Jadi Sorotan – Kurikulum Merdeka menjadi perbincangan hangat di kalangan pendidik, orang tua, hingga pengamat pendidikan. Di luncurkan sebagai alternatif dari kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka membawa pendekatan yang lebih fleksibel dan berorientasi pada pengembangan karakter serta kompetensi peserta didik. Namun, seiring implementasinya di berbagai sekolah, muncul beragam tanggapan—baik apresiasi maupun kritik. Apa sebenarnya yang membuat Kurikulum Merdeka begitu di sorot? Dan bagaimana dampaknya terhadap siswa?

Apa Itu Kurikulum Merdeka?

Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan pendidikan yang di canangkan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia. Tujuan utamanya adalah memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada satuan pendidikan dalam menentukan metode pembelajaran, materi, hingga, asesmen. Kurikulum ini pertama kali di uji coba melalui program Sekolah Penggerak dan kemudian di perluas cakupannya di seluruh Indonesia.

Pendekatan ini mendorong siswa untuk aktif, kreatif, dan berpikir kritis. Materi pelajaran di fokuskan pada esensi yang penting saja, sehingga pembelajaran menjadi lebih mendalam dan tidak sekadar mengejar penyelesaian silabus.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Pagi Orang Jepang yang Bisa Bikin Hari Lebih Produktif

Mengapa Hal Ini Menjadi Sorotan?

1. Perubahan Mendadak
Salah satu alasan Kurikulum Merdeka menuai sorotan adalah karena perubahan yang di rasa terlalu cepat oleh sebagian kalangan. Banyak sekolah yang masih beradaptasi dengan Kurikulum 2013 harus membeli menyesuaikan sistem pembelajaran, administrasi, hingga penilaian sesuai dengan kebijakan baru.

2. Minimnya Pelatihan Guru
Tidak semua guru mendapatkan pelatihan atau pendampingan yang memadai dalam mengimplementasikan kurikulum ini. Alhasil, terhadap kesenjangan pemahaman yang berdampak pada kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas.

3. Kesiapan Infrastruktur
Sekolah di daerah terpencil menghadapi tantangan infrastruktur, seperti keterbatasan akses internet dan saran penunjangan lainnya. Padahal, Kurikulum Merdeka mengandalkan digitalisasi dan platform pembelajaran daring seperti Merdeka Mengajar.

4. Repons Orang Tua?
Sebagian orang tuam merasa kesulitan memahami peran mereka dalam sistem pendidikan baru ini. Terlebih lagi, metode pembelajaran yang lebih berbasis proyek dan refleksi terkadang di anggap tidak sejalan dengan nilai-nilai pendidikan konvensional.

Dampak bagi Siswa

1. Belajar Lebih Mandiri dan Bermakna
Salah satu dampak positif adalah meningkatnya kemandirian siswa dalam belajar. Kurikulum Merdeka mendorong pendekatan student-centered, di mana siswa menjadi subjek utama dalam proses belajar, bukan sekadar objek yang menerima informasi.

2. Penguatan Karakter dan Soft Skills
Kurikulum ini menekankan pada Projeck Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bertujauan membentuk karakter siswa sesuai nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong, kebinekaan global, dan berkeadaban. Hal ini berdampak baik dalam membentuk pribadi siswa yang tangguh dan adaptif di era modern.

3. Kesempatan Eksplorasi Minat dan Bakat
Dengan sistem pembelajaran yang lebih fleksibel, siswa di berikan raung untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya. Mata pelajaran tidak lagi terlalu padat, sehingga memberi ruang lebih banyak untuk kegiatan pengembangan diri.

Dampak bagi Guru

1. Peran Guru Lebih Strategis
Guru tidak lagi hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator dan pembingbing. Mereka di tuntut untuk kreatif dalam merancang pembelajaran yang relavan dan kontekstual.

2. Kebutuhan Peningkatan Kompetensi
Kurikulum ini mendorong guru untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Banyak guru yang mengaku harus mempelajari kembali konsep pedagogi, teknologi pendidikan, hingga manajemen proyek agar bisa menjalankan Kurikulum Merdeka secara opotimal.

3. Tekanan Administrasi yang Berkurung
Salah satu hal positif lainnya adalah berkurannya beban administratif bagi guru. Banyak dokumen dan laporan yang sebelumnya wajib di susun kini lebih di sederhanakan, sehingga guru dapat lebih fokus pada kualitas pembelajaran.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *